TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
DI SUSUN OLEH :
Ainul Mawaddah
NPM : 10213491
KELAS : 1EA02
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2013
Suku Betawi terdiri dari beberapa etnis yang bergabung dalam
satu daerah sehingga membentuk kebudayaan sendiri yaitu Budaya Betawi. Suku
Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum
berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke
Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai
kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang
Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa. Dengan semakin
beragamnya etnis di Betawi, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap
perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga
pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua
dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi
musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah
perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu
terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis.Salah satu musik
khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana
dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat
yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi,
Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari
kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam
kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun
kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni
Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana
yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang
Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah
keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin
antaretnis dan bangsa di masa lalu.
Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari oleh masyarakat luas, bukan hanya masyarakat Betawi.
Kesenian Betawi tersebut antara lain :
1. Lenong
2. Topeng Blantik.
3. Tari Topeng,
4. Ondel-ondel,
5. Tari Ronggeng Topeng,
6. dan lain-lain
Seni suara dan seni musiknya adalah :
1. Sambrah,
2. Rebana,
3. Gambang kromong,
4. Tanjidor dan sejenisnya
bahkan wayangpun ada, wayang kulit Betawi mengunakan bahasa dialek Melayu Betawi.
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran
budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota
Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang
mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak dan . Selain dari
penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar,
seperti Budaya arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah Cagar budaya di Situ Babakan.
Sejak dulu memang sudah banyak perdebatan mengenai asal mula beragam budaya yang kini ada di Betawi. Paralel dengan perdebatan sejak kapan kaum Betawi eksis. Pakar masalah Betawi seperti Ridwan Saidi mengungkapkan bahwa orang Betawi sudah ada sejak jaman Neolitikum. Sementara Lance Castle, sejarawan Belanda, mengatakan bahwa yang disebut kaum Betawi baru muncul pada tahun 1930, saat sensus penduduk dilakukan. Pada sensus penduduk sebelumnya, kaum Betawi tidak disebutkan. Kala itu sensus memang dilakukan berdasarkan etnis atau asal keturunan.
Namun terlepas dari itu, memang kemunculan kaum Betawi baru terdengar secara nasional pada saat Muhamad Husni Thamrin mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi.
Sebelumnya etnis Betawi hanya menyebut diri mereka berdasarkan lokalitas saja, seperti Orang Kemayoran, Orang Depok, Orang Condet, Orang RawaBelong dan sebagainya.
Lalu bagaimana dengan munculnya ragam budaya di Betawi ? Mengenai hal ini, tak dapat dipungkiri bahwa mulai terjadi saat Sunda Kelapa Menjadi Pelabuhan Internasional yang ramai dikunjungi kapal-kapal asing pada abad 12. Kemudian pada abad 14 sampai 15, Sunda kelapa dikuasai Portugis. Mereka juga banyak memberi pengaruh kebudayaan yang kuat kala itu.
Padat tahun 1526, Pangeran Fatahillah menyerbu Sunda Kelapa dan menamakan daerah kekuasaannya dengan nama Jayakarta . Sejak dikuasai Fatahillah, kota Jayakarta banyak dihuni oleh orang Banten, Demak dan Cirebon.
Lalu saat Jan Pieterzoon Coen menguasai Jayakarta dan mendirikan Batavia, dimulailah mendatangkan etnis Tionghoa yang terkenal rajin dan ulet bekerja untuk membangun ekonomi Batavia. Coen juga mendatangkan banyak budak dari Asia Selatan dan Bali.
Perlahan tapi pasti kebudayaan di Batavia kala itu semakin semarak saja, karena setiap etnis biasanya juga membawa dan mempengaruhi kebudayaan setempat.
Ditambah lagi umumnya para budak atau etnis tertentu yang didatangkan ke Batavia adalah pria. Sehingga disini mereka kemudian kawin dengan wanita setempat dan beranak pinak.
Disaat bersamaan pula para pedagang dari Arab dan India juga terus berdatangan, oleh Belanda mereka di tempatkan di Pekojan. Semakin hari semakin banyaklah pendatang dari India dan Arab, akhirnya mereka pindah ke Condet, Jatinegara, dan Tanah Abang. Tak heran masih banyak warga keturunan Arab di daerah-daerah tersebut.
Sementara para anak keturunan bangsa Portugis ditempatkan di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Dengan semakin beragamnya etnis di Betawai, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.
Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah Cagar budaya di Situ Babakan.
Sejak dulu memang sudah banyak perdebatan mengenai asal mula beragam budaya yang kini ada di Betawi. Paralel dengan perdebatan sejak kapan kaum Betawi eksis. Pakar masalah Betawi seperti Ridwan Saidi mengungkapkan bahwa orang Betawi sudah ada sejak jaman Neolitikum. Sementara Lance Castle, sejarawan Belanda, mengatakan bahwa yang disebut kaum Betawi baru muncul pada tahun 1930, saat sensus penduduk dilakukan. Pada sensus penduduk sebelumnya, kaum Betawi tidak disebutkan. Kala itu sensus memang dilakukan berdasarkan etnis atau asal keturunan.
Namun terlepas dari itu, memang kemunculan kaum Betawi baru terdengar secara nasional pada saat Muhamad Husni Thamrin mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi.
Sebelumnya etnis Betawi hanya menyebut diri mereka berdasarkan lokalitas saja, seperti Orang Kemayoran, Orang Depok, Orang Condet, Orang RawaBelong dan sebagainya.
Lalu bagaimana dengan munculnya ragam budaya di Betawi ? Mengenai hal ini, tak dapat dipungkiri bahwa mulai terjadi saat Sunda Kelapa Menjadi Pelabuhan Internasional yang ramai dikunjungi kapal-kapal asing pada abad 12. Kemudian pada abad 14 sampai 15, Sunda kelapa dikuasai Portugis. Mereka juga banyak memberi pengaruh kebudayaan yang kuat kala itu.
Padat tahun 1526, Pangeran Fatahillah menyerbu Sunda Kelapa dan menamakan daerah kekuasaannya dengan nama Jayakarta . Sejak dikuasai Fatahillah, kota Jayakarta banyak dihuni oleh orang Banten, Demak dan Cirebon.
Lalu saat Jan Pieterzoon Coen menguasai Jayakarta dan mendirikan Batavia, dimulailah mendatangkan etnis Tionghoa yang terkenal rajin dan ulet bekerja untuk membangun ekonomi Batavia. Coen juga mendatangkan banyak budak dari Asia Selatan dan Bali.
Perlahan tapi pasti kebudayaan di Batavia kala itu semakin semarak saja, karena setiap etnis biasanya juga membawa dan mempengaruhi kebudayaan setempat.
Ditambah lagi umumnya para budak atau etnis tertentu yang didatangkan ke Batavia adalah pria. Sehingga disini mereka kemudian kawin dengan wanita setempat dan beranak pinak.
Disaat bersamaan pula para pedagang dari Arab dan India juga terus berdatangan, oleh Belanda mereka di tempatkan di Pekojan. Semakin hari semakin banyaklah pendatang dari India dan Arab, akhirnya mereka pindah ke Condet, Jatinegara, dan Tanah Abang. Tak heran masih banyak warga keturunan Arab di daerah-daerah tersebut.
Sementara para anak keturunan bangsa Portugis ditempatkan di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Dengan semakin beragamnya etnis di Betawai, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.
Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis.
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik
setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang
digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan
dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor,
kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad
18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik
yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu
Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba
dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan
adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini
disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur
klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan
Renggong Buyut. Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak
keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris
"Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan
sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang
kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada
di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan
musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H.
Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.
Tarian betawi yang cukup lama dikenal
masyarakat adalah Tari Topeng Betawi. Dalam Tari Topeng Betawi, Anda dapat
melihat tiga unsur seni sekaligus. Yaitu tari, teater dan musik. Musik
pengiring Tari Topeng Betawi banyak sekali. Topeng Betawi tumbuh dan berkembang di
pinggir-pinggir Jakarta. Biasanya digelar saat ada pernikahan, acara sunatan
dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan
bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan.
Sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam.
Tari Lenggang Nyai
Adalah Wiwik
Widiastuti yang mengembangkan Tarian Lenggang Nyai ini. Atau lebih dikenal
masyarakat dengan sebutan Tari Lenggang Betawi. Wiwik sendiri bukan orang
Betawi asli, ia adalah orang Yogyakarta. Namun kecintaannya kepada budaya dan
tarian betawi, membuat Wiwik menciptakan kreasi Tari Lenggang Betawi ini. Dalam
tarian ini dapat melihat ada unsur tanjidor dan tari topeng yang kental sekali.
Tarian Betawi Lenggang Nyai ini bercerita tentang Nyai Dasima yang berhasil
membebaskan diri dari pemaksaan. Nyai Dasima pun mampu menentukan arah dan
pilihan hidupnya.
Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
Selain dengan alat musik gambang kromongnya budaya betawi juga mempunyai
berbagai macam tarian. Tarian tarian betawi mempunyai ciri khas sendiri yaitu
suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis.
Tarian tarian yang berasal dari betawi diantaranya :
Tari Japin
Tari Japin sebenarnya adalah tari Zapin. Kebiasaan orang betawi menyebut Z
dengan huruf J membuat nama tarian ini secara otomatis berubah menjadi Japin.
Tarian ini sudah tersebar dimana-mana. Tarian ini mendapat pengaruh besar dari
budaya Arab.Yang membedakan tarian betawi Japin dengan Zapin pada umumnya
adalah musik pengiringnya. Tari Japin menggunakan musik-musik lagu betawi
seperti gambus. Tari Zapin ditarikan secara melompat-lompat sambil memukul
sebuah kendang rebana kecil. Memukulnya pun serentak dengan gerakan yang
menghentak. Melihat tarian betawi ini memberikan nuansa riang. Tari Japin
Betawi biasanya berpasang-pasangan antara perempuan dan lelaki.
Tari Cokek Betawi
|
Tarian betawi yang
satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang kaya
raya. Dulu mereka merawat penari cokek dan pemain-pemain Gambang Kromong.
Tarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan sering ditampilkan
dalam acara-acara yang diadakan oleh Tuan Tanah. Oleh karena itu, tarian dan
pakaian tari Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol. Kini pemain cokek dan pemain Gambang Kromong yang profesional, susah dicari.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol. Kini pemain cokek dan pemain Gambang Kromong yang profesional, susah dicari.
Topeng Blantek
Soal
asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua suku kata, yaitu topeng dan
blantek. Istilah topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng
asal kata dari to dan peng. To artinya sandi dan peng artinya wara. Jadi topeng itu bila
dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan untuk kata blantek ada beberapa
pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-bunyian musik yang
mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang
menghasilkan bunyi, blang
blang crek. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja dalam penyebutan
maka munculah istilah blantek.
Pendapat lainnya mengatakan, asal nama blantek berasal dari Inggris, yaitu blindtexs, yang berarti buta naskah. Marhasan (55), tokoh pelestari topeng blantek mengatakan, permainan blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan dimainkan.
Ciri dari kesenian topeng blantek yaitu terdapat tiga buah sundung (kayu yang dirangkai berbentuk segi tiga yang biasa digunakan untuk memikul sayuran, rumput dan lain sebagainya). Yaitu satu sundung berukuran besar dan dua berukuran kecil yang diletakkan di pentas sebagai pembatas para pemain yang sedang berlakon dengan panjak dan musik juga dengan para pemain lain yang belum dapat giliran berlakon. Kemudian perangkat lainnya berupa obor yang diletakkan di tengah pentas.
Namun, di tengah modernisasi zaman kesenian yang dulu dikenal di kalangan rakyat jelata tersebut saat ini kondisinya hampir punah. Bahkan, keberadaan seniman dan sanggar tari topeng blantek boleh dikatakan hidup segan mati tak mau.
Pendapat lainnya mengatakan, asal nama blantek berasal dari Inggris, yaitu blindtexs, yang berarti buta naskah. Marhasan (55), tokoh pelestari topeng blantek mengatakan, permainan blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan dimainkan.
Ciri dari kesenian topeng blantek yaitu terdapat tiga buah sundung (kayu yang dirangkai berbentuk segi tiga yang biasa digunakan untuk memikul sayuran, rumput dan lain sebagainya). Yaitu satu sundung berukuran besar dan dua berukuran kecil yang diletakkan di pentas sebagai pembatas para pemain yang sedang berlakon dengan panjak dan musik juga dengan para pemain lain yang belum dapat giliran berlakon. Kemudian perangkat lainnya berupa obor yang diletakkan di tengah pentas.
Namun, di tengah modernisasi zaman kesenian yang dulu dikenal di kalangan rakyat jelata tersebut saat ini kondisinya hampir punah. Bahkan, keberadaan seniman dan sanggar tari topeng blantek boleh dikatakan hidup segan mati tak mau.
Sejak dahulu kala,
masyarakat Betawi selalu dikenal dan diidentikan dengan pencak silat dan
pengajiannya. Kabarnya, sejak zaman kompeni Belanda, remaja Betawi selalu
dituntut untuk rajin beribadah dan mampu menjaga diri dengan mempelajari ilmu
beladiri pencak silat. Tak heran ilmu beladiri ini menjadi salah satu jenis
kebudayaan milik masyarakat Betawi.
Di tanah Betawi ini, ternyata banyak menyimpan berbagai jenis seni beladiri, salah satunya silat Beksi. Seni beladiri yang satu ini merupakan perpaduan antara bela diri dengan seni, keindahan, dan ketepatan dalam mencapai sasaran lawan. Tak hanya itu, meski tak mengenyampingkan keindahan gerak, kekuatan tenaganya tak bisa dianggap remeh. Kecepatan serta kedinamisan dalam gerak inilah yang dapat memukul lawan hingga tak berdaya dan mungkin berakibat fatal.
Dalam silat Beksi, olah pukul yang menitikberatkan pada sikut atau bagian luar daerah lengan menjadi ciri khas pukulan jenis silat ini. Dengan memanfaatkan kekuatan lawan, pukulan beksi dapat mengakibatkan lawan terluka dan berakibat fatal. Hal inilah yang diandalkan jagoan-jagoan Betawi saat berhadapan dengan lawannya.
Salah satu tokoh silat Betawi Beksi, Bang Endang SH mengaku, keseluruhan gerakan yang terangkum dan tertata secara dinamis ini menjadikan silat Beksi sebagai ilmu beladiri yang berbeda dengan ilmu beladiri lainnya. Dari keindahan gerak inilah, silat Beksi banyak digunakan atau diperagakan dalam prosesi palang-pintu pada acara pernikahan adat Betawi bagian Selatan.
Pada silat Beksi terdapat 18 jurus dengan 9 jurus dasar yang disebut formasi. Sementara, atraksi Betawi yang sering melibatkan silat Beksi adalah prosesi Palang Pintu dan Sambut Makna dengan menggunakan formasi jurus beregu dan jurus individu. “Karena kemantepan dalam gerak pas dilakukan pada palang-pintu agar lebih greget,” kata Endang kepada beritajakarta.com, Sabtu (1/5).
Selanjutnya Endang mengaku, jika pencak silat Beksi sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Hal itu dibuktikan dengan adanya penggunaan beladiri ini semenjak abad ke 18. Jenis beladiri ini telah diwariskan secara turun temurun hingga sampai kepada tokoh besar silat Beksi, H Hasbullah, yang membuka perguruan Beksi di Kabayoranlama, Jakarta Selatan.
Endang mengisahkan bawa silat Beksi ini berasal dari China yang dibawa oleh Lie Ceng Oek. Di Tanah Betawi ini kemudian Lie Ceng Oek membentuk sebuah perguruan pencak silat di daerah Dadap, Tangerang. Untuk melestarikan ilmu silat Beksi, Lie Ceng Oek menurunkan ilmua kepada muridnya yang bernama Ki Marhali dan dilanjutkan oleh H Ghazali. Dari situ kemudian ilmu diturunkan lagi kepada H Hasbullah dan generasi berikutnya.
Dalam perkembangannya, silat Beksi tumbuh di daerah Betawi pinggiran udik atau daerah Selatan Jakarta seperti daerah Pesanggrahan, Kebayoranlama, Ciledug, dan sebagian daerah di Tangerang. Perpaduan ilmu Beksi yang dibawa Lie Ceng Oek dengan gerakan yang diciptakan oleh sesepuh Beksi asal Betawi, menjadikan ilmu Beksi ini sebagai seni beladiri Betawi.
Di tanah Betawi ini, ternyata banyak menyimpan berbagai jenis seni beladiri, salah satunya silat Beksi. Seni beladiri yang satu ini merupakan perpaduan antara bela diri dengan seni, keindahan, dan ketepatan dalam mencapai sasaran lawan. Tak hanya itu, meski tak mengenyampingkan keindahan gerak, kekuatan tenaganya tak bisa dianggap remeh. Kecepatan serta kedinamisan dalam gerak inilah yang dapat memukul lawan hingga tak berdaya dan mungkin berakibat fatal.
Dalam silat Beksi, olah pukul yang menitikberatkan pada sikut atau bagian luar daerah lengan menjadi ciri khas pukulan jenis silat ini. Dengan memanfaatkan kekuatan lawan, pukulan beksi dapat mengakibatkan lawan terluka dan berakibat fatal. Hal inilah yang diandalkan jagoan-jagoan Betawi saat berhadapan dengan lawannya.
Salah satu tokoh silat Betawi Beksi, Bang Endang SH mengaku, keseluruhan gerakan yang terangkum dan tertata secara dinamis ini menjadikan silat Beksi sebagai ilmu beladiri yang berbeda dengan ilmu beladiri lainnya. Dari keindahan gerak inilah, silat Beksi banyak digunakan atau diperagakan dalam prosesi palang-pintu pada acara pernikahan adat Betawi bagian Selatan.
Pada silat Beksi terdapat 18 jurus dengan 9 jurus dasar yang disebut formasi. Sementara, atraksi Betawi yang sering melibatkan silat Beksi adalah prosesi Palang Pintu dan Sambut Makna dengan menggunakan formasi jurus beregu dan jurus individu. “Karena kemantepan dalam gerak pas dilakukan pada palang-pintu agar lebih greget,” kata Endang kepada beritajakarta.com, Sabtu (1/5).
Selanjutnya Endang mengaku, jika pencak silat Beksi sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Hal itu dibuktikan dengan adanya penggunaan beladiri ini semenjak abad ke 18. Jenis beladiri ini telah diwariskan secara turun temurun hingga sampai kepada tokoh besar silat Beksi, H Hasbullah, yang membuka perguruan Beksi di Kabayoranlama, Jakarta Selatan.
Endang mengisahkan bawa silat Beksi ini berasal dari China yang dibawa oleh Lie Ceng Oek. Di Tanah Betawi ini kemudian Lie Ceng Oek membentuk sebuah perguruan pencak silat di daerah Dadap, Tangerang. Untuk melestarikan ilmu silat Beksi, Lie Ceng Oek menurunkan ilmua kepada muridnya yang bernama Ki Marhali dan dilanjutkan oleh H Ghazali. Dari situ kemudian ilmu diturunkan lagi kepada H Hasbullah dan generasi berikutnya.
Dalam perkembangannya, silat Beksi tumbuh di daerah Betawi pinggiran udik atau daerah Selatan Jakarta seperti daerah Pesanggrahan, Kebayoranlama, Ciledug, dan sebagian daerah di Tangerang. Perpaduan ilmu Beksi yang dibawa Lie Ceng Oek dengan gerakan yang diciptakan oleh sesepuh Beksi asal Betawi, menjadikan ilmu Beksi ini sebagai seni beladiri Betawi.
Ondel-ondel merupakan
hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai
sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman
bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang
membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya.
Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo
tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel
laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat
dengan warna putih.
Jenis pertunjukan ini
diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga
terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan
dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis,
sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.
Awal mulanya
pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh
halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal
yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di
adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan
pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Disamping untuk
memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan
keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi
maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang
banyak dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian ondel-ondel petani
yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota
Jakarta dan sekitarnya.
Musik yang mengiringi
ondel-ondel tidak tertentu, tergantug dari asing-masing rombongan. Ada yang
diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpian Gejen, kampong setu.
Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti”
pimpinan Duloh, sekarag pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig
Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombogan ondel-ondel
pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel betawi tersebut pada dasarnya masih
tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota metropolitan Jakarta.
Lenong sebagai
tontonan, sudah dikenal sejak 1920-an. Almarhum Firman Muntaco, seniman Betawi
terkenal, menyebutnya kelanjutan dari proses teaterisasi dan perkembangan musik
Gambang Kromong. Jadi, Lenong adalah alunan Gambang Kromong yang ditambah unsur
bodoran alias lawakan tanpa plot cerita.
Kemudian berkembang menjadi lakon-lakon berisi banyolan pendek, yang dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Lantas menjadi pertunjukan semalam suntuk, dengan lakon panjang utuh, yang dipertunjukkan lewat ngamen keliling kampung. Selepas zaman penjajahan Belanda, lenong naik pangkat, karena mulai dipertunjukkan di panggung hajatan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung
Kemudian berkembang menjadi lakon-lakon berisi banyolan pendek, yang dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Lantas menjadi pertunjukan semalam suntuk, dengan lakon panjang utuh, yang dipertunjukkan lewat ngamen keliling kampung. Selepas zaman penjajahan Belanda, lenong naik pangkat, karena mulai dipertunjukkan di panggung hajatan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung
Saat itu, dekornya
masih sangat sederhana, berupa layar sekitar 3×5 meter bergambar gunung, sawah,
hutan belantara dengan pepohonan besar, rumah-rumah kampung, laut dan perahu
nelayan serta balairung istana dengan tiang-tiangnya yang besar. Alat
penerangannya pun tradisional, berupa colen, obor tiga sumbu yang keluar dari
ceret kaleng berisi minyak tanah. Sebelum meningkat jadi petromaks.
Walaupun terus menyesuaikan diri dengan maunya zaman, untuk terus survive, lenong harus berjuang keras. Dan ini tak mudah. Tahun 60′-an, masih dengan mengandalkan durasi pertunjukan semalam suntuk dan konsep dramaturgi sangat sederhana, lenong mulai kedodoran. “Rasanya, kami seperti berada di pinggir jurang,” cetus S.M Ardan, sastrawan dan sineas Betawi yang kini aktif di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
Walaupun terus menyesuaikan diri dengan maunya zaman, untuk terus survive, lenong harus berjuang keras. Dan ini tak mudah. Tahun 60′-an, masih dengan mengandalkan durasi pertunjukan semalam suntuk dan konsep dramaturgi sangat sederhana, lenong mulai kedodoran. “Rasanya, kami seperti berada di pinggir jurang,” cetus S.M Ardan, sastrawan dan sineas Betawi yang kini aktif di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
kesenian orkes samrah
dari Jakarta (sumber: betawipost.blogspot.com)
Kesenian Betawi yang dalam bentuk orkes yang mendapat pengaruh dari suku Melayu. Lagu-lagu yang biasa di bawakan biasanya lagu-lagu yang bersifat jadul(jaman dulu) seperti lagu Burung Putih, Pulo angsa Dua dan sirih Kuning. Orkes Samrahh banyak berkembang di daerah Tenabang, dimana daerah ini dikenal sebagai pusat dari penyebaran Melayu Riau di Betawi. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain. Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari Samrah. Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan dengan gerakan tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat. Tokoh dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabeni, anak dari Jawara legendaris Sabeni.
Kesenian
Tanjidor (sumber:
v2.garudamagazine.com)
Tanjidor adalah sebuah
kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad
ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan
alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi.
Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara
pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan
dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian
Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan
sudah punah.
Wayang Betawi
Wayang adalah salah satu khazanah budaya
tanah air yang banyak ditemui di berbagai daerah, terutama di Jawa. Wayang yang
amat dekat dengan masyarakatnya, kerap dimanfaatkan sebagai media penyebar
berbagai informasi. Wayang, tumbuh dan berkembang seiring dengan masyarakatnya,
ia mampu merubah bentuk dan tetap mendapat tempat, sekecil apapun itu
|
Ternyata tampilan wayang dari Mataram ini begitu memukau penduduk setempat, khususnya yang berdiam di kawasan Tambun, Bekasi. Kemudian muncullah satu bentuk baru dari wayang kulit Jawa, yaitu wayang yang berbahasa Melayu Betawi, Wayang Kulit Betawi.
Seperti halnya seni wayang lain, wayang kulit Betawi memilik tokoh sentral, seorang dalang.
Sebagaimana lazimnya, wayang kulit Betawi
ini juga menggunakan kelir, yang disini disebut “kere”. Alat musik pengiringnya
terdiri dari kendang, terompet, rebab, saron, keromong, kecrek, kempul dan
gong. Yang tampak lain dalam wayang kulit Betawi adalah, masuknya unsur Sunda
yang kental. Meski dialog dengan bahasa Betawi, namun musik pengiring hingga
lantunan lagunya berasal dari tanah Pajajaran.
Sepintas, tak ada perbedaan yang berarti dengan wayang kulit lainnya. Hanya barangkali bentuk gapit atau pegangan wayang, pada wayang kulit Betawi tak dijumpai bahan tanduk, namun menggunakan rotan. Wayang kulit Betawi juga didominasi warna merah cerah.
Lakon yang sering dimainkan adalah carangan, cerita yang disusun sendiri oleh dalang dengan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata. Cerita lain khas Betawi adalah Bambang Sinar Matahari, Cepot Jadi Raja dan Barong Buta Sapujagat. Umumnya, cerita yang dimainkan sangat kontekstual dengan keadaan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, wayang kulit Betawi penampilannya lebih bebas, lebih demokratis. Logatnyapun akrab dengan masyarakat Betawi, dan dialog yang ditampilkan menggunakan bahas Indonesia pergaulan, mudah dipahami segala lapisan masyarakat dari berbagai suku.
Hanya saja, orang Betawi diyakini hanya menggemari cerita yang seru dan lucu, sehingga kedua lakon inilah yang kerap dikedepankan para dalangnya. Ada perang dan kaya banyolan.
Walau tampilannya begitu komunikatif, wayang kulit Betawi tak sepopuler wayang kulit Jawa. Selama ini, wayang kulit Betawi hanya dimainkan di daerah pinggiran, lokasi asal tumbuhnya wayang kulit Betawi. Sepanjang perjalanan riwayatnya, wayang kulit Betawi tampil dengan penuh kesederhanaan, sehingga boleh dibilang menepikan aspek estetika, moral dan falsafah.
Di balik kesederhanaan tampilannya, wayang kulit Betawi justru sebenarnya memiliki peluang untuk tumbuh. Ia memiliki kekuatan dalam penggunaan bahasa. Selama ini, bahasa kerap menjadi halangan untuk mengenal seni wayang. Pada wayang kulit Betawi, tidak. Ia justru kekuatan. Tinggal sang dalanglah yang mengemasnya menjadi sebuah tontonan memikat.
Sepintas, tak ada perbedaan yang berarti dengan wayang kulit lainnya. Hanya barangkali bentuk gapit atau pegangan wayang, pada wayang kulit Betawi tak dijumpai bahan tanduk, namun menggunakan rotan. Wayang kulit Betawi juga didominasi warna merah cerah.
Lakon yang sering dimainkan adalah carangan, cerita yang disusun sendiri oleh dalang dengan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata. Cerita lain khas Betawi adalah Bambang Sinar Matahari, Cepot Jadi Raja dan Barong Buta Sapujagat. Umumnya, cerita yang dimainkan sangat kontekstual dengan keadaan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, wayang kulit Betawi penampilannya lebih bebas, lebih demokratis. Logatnyapun akrab dengan masyarakat Betawi, dan dialog yang ditampilkan menggunakan bahas Indonesia pergaulan, mudah dipahami segala lapisan masyarakat dari berbagai suku.
Hanya saja, orang Betawi diyakini hanya menggemari cerita yang seru dan lucu, sehingga kedua lakon inilah yang kerap dikedepankan para dalangnya. Ada perang dan kaya banyolan.
Walau tampilannya begitu komunikatif, wayang kulit Betawi tak sepopuler wayang kulit Jawa. Selama ini, wayang kulit Betawi hanya dimainkan di daerah pinggiran, lokasi asal tumbuhnya wayang kulit Betawi. Sepanjang perjalanan riwayatnya, wayang kulit Betawi tampil dengan penuh kesederhanaan, sehingga boleh dibilang menepikan aspek estetika, moral dan falsafah.
Di balik kesederhanaan tampilannya, wayang kulit Betawi justru sebenarnya memiliki peluang untuk tumbuh. Ia memiliki kekuatan dalam penggunaan bahasa. Selama ini, bahasa kerap menjadi halangan untuk mengenal seni wayang. Pada wayang kulit Betawi, tidak. Ia justru kekuatan. Tinggal sang dalanglah yang mengemasnya menjadi sebuah tontonan memikat.
Ibukota Jakarta tidak akan lepas dari peran masyarakat
Betawi. Meskipun tradisi dan budaya masyarakat Betawi sudah mulai tergusur oleh
perkembangan zaman namun masih ada jejak-jejak peninggalan, diantaranya adalah makanan khas Betawi.
Bagi anda yang hendak berkunjung dan singgah ke Jakarta jangan lupa untuk mencicipi erbagai makanan khas betawi di bawah ini, Rasanaya tidak kalah nikmat dengan makanan-makanan modern saat ini. Beberapa darinya bahkan terkesan unik dan menarik.
Jajanan khas betawi ini akan dibagi dalam makanan cemilan, makanan berat, dan minuman khas. Yups langsuang saja, berikut diantaranya :
Makanan Cemilan
1. Kerak Telor
Jajanan ini sering dijumpai di daerah PRJ (Pekan Raya Jakarta) dan sekitarnya. Bahkan beberapa orang banyak yang mengaitkan makanan ini dengan kawasan tersebut. Di hari-hari biasa, banyak pedagang kerak telor yang menjual secara keliling dari kampung ke kampung. Bagi anda yang penasaran silahkan anda coba cicipi.
2. Kembang Goyang
Makanan ini termasuk jajanan yang manis dan gurih. Terbuat dari tepung beras yang di cetak dalam sebuah cetakan yang berbentuk bunga. Camilan ini sangat cocok dinikmati bersama kopi hangat di waktu sore atau malam hari.
3. Roti Buaya
Nah makanan yang satu ini mungkin satu-satunya di dunia, hwkwk. Ukuran rotinya yang terbilang besar dan aneka bentuk roti yang menyerupai buaya memiliki keunikan tersendiri. Roti buaya merupakan salah satu persembahan untuk pengantin dalam adat masyarakat betawi. Namun belakangan ini roti buaya makin sulit ditemukan.
4. Kue Rangi
Tepung kanji dan parutan kelapa adalah bahan dasar pembuatan kue ini. Rasanya gurih dan manis karena berasal dari parutan kelapa dan gula merah. Aromanya sangat menggugah selera. Namun sayang, kue ini juga makin sulit saja ditemukan. Tapi masih banyak toko kue atau restoran yang menjual jajanan ini.
Makanan Berat
1. Soto Betawi
Soto betawi memiliki citra tersendiri sebagai jajanan di ibukota. Hal yang berbeda dari soto betawi adalah adanya kuah santan. Rasanya sangat nikmat dan lezat dengan daging sapi/ayam dan irisan tomat segar. Bagi yang penasaran ada baiknya anda cicipi masakan ini.
2. Lontong Sayur Betawi
Masakan ini juga menjadi salah satu makanan betawi yang memiliki rasa yang nikmat dan lezat. Sayur lontong menggunakan pepaya muda dengan kuah santan yang berasa pedas tak kan berhenti membuat lidah anda bergoyang ria.
3. Gado-gado betawi
Gado-gado merupakan salah satu masakan khasi Indonesia. Bisa anda temukan dimana-mana, namun tidak ada salahnya mencicipi gado-gado khas betawi dengan sentuhan rasa yang sedikit berbeda dengan gado-gado pada umumnya.
Minuman khas Betawi
1. Es Doger
Es doger bisa dapat dengan mudah di sekitar jakarta. Biasanya dijual secara keliling oleh pedagang-pedagang menggunakan gerobak yang di dorong. Es doger adalah minuman dengan serutan es, dengan tambahan ketan hitam, tape singkong, sirup, roti tawar dan juga susu kental. Coba deh rasakan kesegarannya.
2. Bir Pletok
Jenis bir yang satu ini berbeda dengan bir luar negeri yang sifatnya memabukan. So, jangan salah tuduh dulu nih, hehe. Bir ini dulunya sering dibuat dalam acara-acara adat betawi. Terbuat dari rempah-rempah seperti jahe merah, kayu manis, serai, kapulaga, dan sebagainya. Minuman ini juga berkhasiat menghangatkan tubuh jika dalam suasana dingin seperti hujan.
Bagi anda yang hendak berkunjung dan singgah ke Jakarta jangan lupa untuk mencicipi erbagai makanan khas betawi di bawah ini, Rasanaya tidak kalah nikmat dengan makanan-makanan modern saat ini. Beberapa darinya bahkan terkesan unik dan menarik.
Jajanan khas betawi ini akan dibagi dalam makanan cemilan, makanan berat, dan minuman khas. Yups langsuang saja, berikut diantaranya :
Makanan Cemilan
1. Kerak Telor
Jajanan ini sering dijumpai di daerah PRJ (Pekan Raya Jakarta) dan sekitarnya. Bahkan beberapa orang banyak yang mengaitkan makanan ini dengan kawasan tersebut. Di hari-hari biasa, banyak pedagang kerak telor yang menjual secara keliling dari kampung ke kampung. Bagi anda yang penasaran silahkan anda coba cicipi.
2. Kembang Goyang
Makanan ini termasuk jajanan yang manis dan gurih. Terbuat dari tepung beras yang di cetak dalam sebuah cetakan yang berbentuk bunga. Camilan ini sangat cocok dinikmati bersama kopi hangat di waktu sore atau malam hari.
3. Roti Buaya
Nah makanan yang satu ini mungkin satu-satunya di dunia, hwkwk. Ukuran rotinya yang terbilang besar dan aneka bentuk roti yang menyerupai buaya memiliki keunikan tersendiri. Roti buaya merupakan salah satu persembahan untuk pengantin dalam adat masyarakat betawi. Namun belakangan ini roti buaya makin sulit ditemukan.
4. Kue Rangi
Tepung kanji dan parutan kelapa adalah bahan dasar pembuatan kue ini. Rasanya gurih dan manis karena berasal dari parutan kelapa dan gula merah. Aromanya sangat menggugah selera. Namun sayang, kue ini juga makin sulit saja ditemukan. Tapi masih banyak toko kue atau restoran yang menjual jajanan ini.
Makanan Berat
1. Soto Betawi
Soto betawi memiliki citra tersendiri sebagai jajanan di ibukota. Hal yang berbeda dari soto betawi adalah adanya kuah santan. Rasanya sangat nikmat dan lezat dengan daging sapi/ayam dan irisan tomat segar. Bagi yang penasaran ada baiknya anda cicipi masakan ini.
2. Lontong Sayur Betawi
Masakan ini juga menjadi salah satu makanan betawi yang memiliki rasa yang nikmat dan lezat. Sayur lontong menggunakan pepaya muda dengan kuah santan yang berasa pedas tak kan berhenti membuat lidah anda bergoyang ria.
3. Gado-gado betawi
Gado-gado merupakan salah satu masakan khasi Indonesia. Bisa anda temukan dimana-mana, namun tidak ada salahnya mencicipi gado-gado khas betawi dengan sentuhan rasa yang sedikit berbeda dengan gado-gado pada umumnya.
Minuman khas Betawi
1. Es Doger
Es doger bisa dapat dengan mudah di sekitar jakarta. Biasanya dijual secara keliling oleh pedagang-pedagang menggunakan gerobak yang di dorong. Es doger adalah minuman dengan serutan es, dengan tambahan ketan hitam, tape singkong, sirup, roti tawar dan juga susu kental. Coba deh rasakan kesegarannya.
2. Bir Pletok
Jenis bir yang satu ini berbeda dengan bir luar negeri yang sifatnya memabukan. So, jangan salah tuduh dulu nih, hehe. Bir ini dulunya sering dibuat dalam acara-acara adat betawi. Terbuat dari rempah-rempah seperti jahe merah, kayu manis, serai, kapulaga, dan sebagainya. Minuman ini juga berkhasiat menghangatkan tubuh jika dalam suasana dingin seperti hujan.
Rumah Adat Betawi
|
||
|
||
Rumah Kebaya merupakan rumah adat betawi dengan bentuk atap perisai landai
yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian
teras. Bangunannya ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula yang menapak
di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat betawi lama memiliki
adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan mengebumikan keluarga yang
meninggal di halaman samping kanan rumah.
Lisplank rumah kebaya berupa papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’. Di bagian tengah sebagai ruang tinggal dibatasi dinding tertutup, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah. Dinding bagian depan biasanya dibuat dari panil-panil yang dapat dilepas saat pemilik rumah menyelenggarakan acara yang membutuhkan ruang lebih luas. Tiang-tiang rumah lebih tampak jelas di bagian teras, berdiri di atas lantai yang agak naik dari ketinggian tanah di halaman. Terdapat tangga pendek dari batu-bata atau kayu untuk mencapai teras rumah.
Ruang-ruang terbagi dengan hirarki dari sifat publik di bagian depan menuju sifat privat dan service di bagian belakang. Beranda depan adalah tempat untuk menerima tamu dan bersantai bagi keluarga yang diberi nama ‘amben’. Lantai teras depan yang bernama ‘gejogan’ selalu dibersihkan dan siap digunakan untuk menerima dan menghormati tamu. Gejogan dihubungkan tangga yang disakralkan oleh masyarakat betawi dengan nama ’balaksuji’, sebagai satu-satunya lokasi penting untuk mencapai rumah. Ruang berikutnya adalah kamar tamu yang dinamakan ‘paseban’. Setelah ruang tamu terdapat ruang keluarga yang berhubungan dengan dinding-dinding kamar, ruang ini dinamakan ‘pangkeng’. Selanjutnya ruang-ruang berfungsi sebagai kamar-kamar tidur dan terakhir adalah dapur yang diberi nama ‘srondoyan’.
Lisplank rumah kebaya berupa papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’. Di bagian tengah sebagai ruang tinggal dibatasi dinding tertutup, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah. Dinding bagian depan biasanya dibuat dari panil-panil yang dapat dilepas saat pemilik rumah menyelenggarakan acara yang membutuhkan ruang lebih luas. Tiang-tiang rumah lebih tampak jelas di bagian teras, berdiri di atas lantai yang agak naik dari ketinggian tanah di halaman. Terdapat tangga pendek dari batu-bata atau kayu untuk mencapai teras rumah.
Ruang-ruang terbagi dengan hirarki dari sifat publik di bagian depan menuju sifat privat dan service di bagian belakang. Beranda depan adalah tempat untuk menerima tamu dan bersantai bagi keluarga yang diberi nama ‘amben’. Lantai teras depan yang bernama ‘gejogan’ selalu dibersihkan dan siap digunakan untuk menerima dan menghormati tamu. Gejogan dihubungkan tangga yang disakralkan oleh masyarakat betawi dengan nama ’balaksuji’, sebagai satu-satunya lokasi penting untuk mencapai rumah. Ruang berikutnya adalah kamar tamu yang dinamakan ‘paseban’. Setelah ruang tamu terdapat ruang keluarga yang berhubungan dengan dinding-dinding kamar, ruang ini dinamakan ‘pangkeng’. Selanjutnya ruang-ruang berfungsi sebagai kamar-kamar tidur dan terakhir adalah dapur yang diberi nama ‘srondoyan’.
Pakaian adat
pada Kebudayan Betawi
Ada banyak pakaian
adat di Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan nilai pengetahuan yang
penting. Salah satu dari banyak pakaian adat di Indonesia yang memiliki makna
sejarah, representasi sebuah komunitas pada zamannya dan kemajuan sebuah
peradaban adalah pakaian adat Betawi. Betawi adalah suku yang berada di DKI
Jakarta dan sekitarnya di daerah provinsi Jawa Barat dan Banten.
Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses panjang dari pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan Betawi. DKI Jakarta adalah kota industri, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab, Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Betawi. Salah satu kebudayaan Betawi itu adalah mengenai pakaian adat Betawi.
Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses panjang dari pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan Betawi. DKI Jakarta adalah kota industri, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab, Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Betawi. Salah satu kebudayaan Betawi itu adalah mengenai pakaian adat Betawi.
Pakaian adat Betawi
banyak dipengaruhi oleh berbagai negara lain. Hal itu dikarenakan Betawi adalah
pencampuran budaya dari berbagai negara. Ada beberapa macam pakaian Betawi yang
ada saat ini diantaranya adalah pakaian adat Betawi sehari-hari untuk laki laki
adalah baju Koko atau disebut Sadariah. Baju Koko Betawi berwarna polos,
memakai celana batik berwarna putih atau hitam, memakai selendang yang dipakai
dipundak dan peci hitam sebagai identitas Kebetawian. Pakaian adat untuk
perempuan yang dipakai sehari-hari yaitu baju kurung berlengan pendek, kain
sarung batik, kerudung.
Selain itu, ada juga
pakaian adat untuk pengantin laki-laki masyarakat Betawi yang dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab, Melayu dan Cina yaitu Dandanan care haji. Pakaian ini adalah
jubah dan tutup kepala dan diadaptasi dari pakaian haji. Jubah terbuat dari
bahan beludru sedangkan tutup kepala terbuat dari sorban yang disebut juga
alpie. Untuk pakaian pengatin perempuan di Betawi disebut rias besar dandanan
care none pengantin cine. Pakaian ini juga sedikitnya mirip dengan pakaian
pengantin perempuan di Cina. Pakaian pengantin yang dipakai oleh kalangan
bangsawan di Cina.
Bahan pakaian
pengantin perempuan rias besar dandanan care none pengantin cine adalah baju
yang dikenakan blus, bawahannya adalah rok berwarna gelap. Pelengkap pakaian
ini adalah bagian kepala dirias dengan tambahan kembang goyang dengan motif
hong dengan sanggul palsu dan cadar sebagai penutup setengah wajah. Selain itu
perhiasan juga menjadi asesoris pakaian pengantin perempuan seperti manik-manik
dan gelang.
Upacara Pengantin Adat
Betawi
Tahapan dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Betawi :
1. Ngedelengin
Untuk sampai ke jenjang pernikahan, sepasang muda-mudi betawi (sekarang)
biasanya melalui tingkat pacaran yang disebut berukan. Masa ini dapat diketahui
oleh orangtua kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah
pihak tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.
Sistem pernikahan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam,
kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam
mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi betawi bebas memilih teman hidup
mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu
tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa betawi
terjadi dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua
belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu
terlaksanakannya pernikahan tersebut.
Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat
adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada
kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan
antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu
saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang
seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah
pihak.
Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan
dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan
menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis
ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak
Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas
dan pekerjaan ngedelengin.
Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada
sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan
seperti ini melibatkan partisipasi pemuda. Di sinilah ajang tempat bertemu dan
saling kenalan antara pemuda dan pemudi. Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh
orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.
Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah
si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak
Comblang memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada
kecocokan, sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang
menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan
ngelamar.
2. Ngelamar
Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari
pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none
mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki
mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut. Pada saat
melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai
wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus dipersiapkan dalam
ngelamar ini adalah:
1. Sirih lamaran
2. Pisang raja
3. Roti Buaya Sepasang
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua
dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.
3. Bawa tande putus
Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat
betawi memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus
artinya bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu
gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum
pelaksanaan acara akad nikah.
Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan
acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara
ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang
dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini
dibicarakan:
1. apa cingkrem (mahar) yang diminta
2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
3. apa kekudang yang diminta
4. pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
5. berapa lama pesta dilaksanakan
6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none
mantu pada acara resepsi
7. siapa dan berapa banyak undangan.
4. Akad Nikah
Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan
rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:
1. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara
atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan,
kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari
akad nikah nanti.
2. Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad
nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu
selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu,
mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya
kelak berjalan lancar.
3. Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang
tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih
tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di
bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal
tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat
yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari
biasanya.
4. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau
ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting.
Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan
kuku tangannya dengan pacar.
Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad
nikah. Pada saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu
dengan membawa rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah,
mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan
menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarganya
tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka.
Barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
1. sirih nanas lamaran
2. sirih nanas hiasan
3. mas kawin
4. miniatur masjid yang berisi uang belanja
5. sepasang roti buaya
6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8. hadiah pelengkap
9. kue penganten
10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat
disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa
Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki
kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk
bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi
tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian
ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan
ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria
diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan
teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul
sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung
Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit
yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem,
jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat
resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke
kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu
rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka
cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar
pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian
mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan
duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara
yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan
tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan
pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah
pihak yang tengah berbahagia.
5. Acare Negor
Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah
None Penganten. Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk
kumpul sebagaimana layaknya suami-istri. None penganten harus mampu
memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun,
None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya
sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan,
minum, dan menyiapkan peralatan mandi.
Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan
strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan
uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan
atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.
6. Pulang Tige Ari
Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di
rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis.
Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh
seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan
mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.
7. Tradisi “Palang Pintu” dan Resepsi Meriah
Palang pintu merupakan acara upacara adat Betawi yang sangat menghibur.
Palang Pintu merupakan kegiatan yang bertujuan saling mengenal antar keluarga
dan maksud tujuan kedatangan. Kemudian sebagai syarat diterimanya calon
mempelai pria, harus melewati dahulu palang pintu yang dijaga oleh jawara
Betawi dari pihak calin mempelai wanita.
Acara ini dilaksanakan sebelum akad nikah dimulai, tepatnya ketika
rombongan calon pengantin pria baru sampai di depan kediaman calon pengantin
wanita. Rombongan calon pengantin pria akan dihadang oleh keluarga calon
pengantin wanita. Para jagoan calon pengantin pria harus melawan jagoan dari
pihak calon mempelai wanita.
Para penjaga pintu mempelai wanita kemudian membuka percakapan dengan
sejumlah pantun. Selanjutnya, perwakilan mempelai pria membalas pantun
tersebut. Dialog pantun dikumandangkan dengan sangat meriah dan mengundang tawa
hadirin. Isi pantun biasanya tanya jawab seputar maksud dan tujuan pihak pria.
Setelah itu, seorang wakil pengantin perempuan menantang adu silat salah
satu orang dari pihak lelaki. Prosesi tersebut menyimbolkan upaya keras
mempelai laki-laki untuk menikah dengan sang pujaan hati. Uniknya, setiap
petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon
pengantin pria.
Selain adu pantun dan adu silat, calon pengantin pria juga ditantang
kebolehannya membaca Al Quran. Dan setelah semua ujian telah dilewati dengan
memenangkan ujian-ujian tersebut, akhirnya palang pintu dapat dibuka dan dimasuki
oleh calon mempelai pria.
Setelah akad nikah dilakukan, resepsi pernikahan berlangsung dengan
tradisi meriah. Pernak-pernik wajib khas Betawi yaitu ondel-ondel serta
dekorasi warna-warni. Musik akan diiringi oleh suara tanjidor dan marawis
(rombongan pemain rebana dan nyayian menggunakan bahasa arab). Selain itu,
dimainkan pula keroncong dan gambang kromong khas Betawi.
Pengantin pria maupun pengantin wanita mengenakan pakaian kebesaran
pengantin dan dihias. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing
yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab.
Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa.
8. Adat Menetap setelah Menikah
Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di
lingkungan mana pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi
kebebasan memilih di mana mereka akan menetap. Walaupun pada masyarakat dan
kebudayaan Betawi berlaku pola menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi
ada kecenderungan pada pola menetap yamg matrilokal atau unorilokal dewasa ini.
Daftar Referensi
betawipost.blogspot.com
v2.garudamagazine.com
pps-ceger.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar